Rabu, 15 April 2020

Profil Provinsi Sumatra Utara


Lambang resmi Sumatra Utara
Lambang
Semboyan: Tekun Berkarya, Hidup Sejahtera, Mulia Berbudaya
Peta
Peta

Lake Toba, Sumatra.jpg
Medan city 2019.jpg
Bukit Holbung.jpgSkewed Front View, Tjong A Fie Mansion, Medan.jpg
Rumah Bolon.jpgSinabung-Gundaling-20100913.JPG
Tari Perang Nias 3.jpgCandi Bahal 1.JPG
Dari atas, kiri ke kanan: Danau Toba, Pusat kota Medan, Danau Toba dengan Pulau Samosir, Pecinan Medan - Rumah Tjong A Fie, desa tua Batak di Samosir, Gunung Sinabung, Tari perang Nias, dan Candi Bahal.

Negara Indonesia
Hari jadi15 April 1948
Ibu kotaMedan
Kota besar lainnya
Jumlah satuan pemerintahan
Luas
 • Total72.981,23 km2 (2,817,821 sq mi)

Demografi
 • AgamaIslam 63,91%
Kristen 33,27%
Protestan 27,86%
Katolik 5,41%
Buddha 2,43%
Hindu 0,35%
Konghucu 0,02%
Parmalim 0,01%
Lain-lain 0,01% [2]
 • Suku bangsa
 • Bahasa
Zona waktuWIB (UTC+07:00)

Lagu daerahSinanggar Tullo, Alusi Au, Biring Manggis
Rumah adatBalai Batak Toba
Senjata tradisionalPiso
FloraKenanga
FaunaBeo nias
Situs websumutprov.go.id


Sumatra Utara (disingkat Sumut) adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian utara Pulau Sumatra. Provinsi ini beribu kota di Medan. Luas wilayahnya 72.981 km2. Sumatra Utara adalah provinsi dengan jumlah penduduk terbesar keempat setelah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah, dan pada tahun 2019, jumlah penduduknya adalah sebesar 14.908.036 jiwa.

Sejarah


Pada zaman pemerintahan Belanda, Sumatra Utara merupakan suatu pemerintahan yang bernama Gouvernement van Sumatra dengan wilayah meliputi seluruh pulau Sumatra, dipimpin oleh seorang Gubernur yang berkedudukan di kota Medan.
Setelah kemerdekaan, dalam sidang pertama Komite Nasional Daerah (KND), Provinsi Sumatra kemudian dibagi menjadi tiga sub provinsi yaitu: Sumatra Utara, Sumatra Tengah, dan Sumatra Selatan. Provinsi Sumatra Utara sendiri merupakan penggabungan dari tiga daerah administratif yang disebut keresidenan yaitu: Keresidenan Aceh, Keresidenan Sumatra Timur, dan Keresidenan Tapanuli.
Dengan diterbitkannya Undang-Undang Republik Indonesia (R.I.) No. 10 Tahun 1948 pada tanggal 15 April 1948, ditetapkan bahwa Sumatra dibagi menjadi tiga provinsi yang masing-masing berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri yaitu: Provinsi Sumatra Utara, Provinsi Sumatra Tengah, dan Provinsi Sumatra Selatan. Tanggal 15 April 1948 selanjutnya ditetapkan sebagai hari jadi Provinsi Sumatra Utara.
Pada awal tahun 1949, dilakukan kembali reorganisasi pemerintahan di Sumatra. Dengan Keputusan Pemerintah Darurat R.I. Nomor 22/Pem/PDRI pada tanggal 17 Mei 1949, jabatan Gubernur Sumatra Utara ditiadakan. Selanjutnya dengan Ketetapan Pemerintah Darurat R.I. pada tanggal 17 Desember 1949, dibentuk Provinsi Aceh dan Provinsi Tapanuli/Sumatra Timur. Kemudian, dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 5 Tahun 1950 pada tanggal 14 Agustus 1950, ketetapan tersebut dicabut dan dibentuk kembali Provinsi Sumatra Utara.
Dengan Undang-Undang R.I. No. 24 Tahun 1956 yang diundangkan pada tanggal 7 Desember 1956, dibentuk Daerah Otonom Provinsi Aceh, sehingga wilayah Provinsi Sumatra Utara sebagian menjadi wilayah Provinsi Aceh.

Geografi


Provinsi Sumatra Utara terletak pada 1° - 4° Lintang Utara dan 98° - 100° Bujur Timur, Luas daratan Provinsi Sumatra Utara 72.981,23 km².
Sumatra Utara pada dasarnya dapat dibagi atas:
Pesisir timur merupakan wilayah di dalam provinsi yang paling pesat perkembangannya karena persyaratan infrastruktur yang relatif lebih lengkap daripada wilayah lainnya. Wilayah pesisir timur juga merupakan wilayah yang relatif padat konsentrasi penduduknya dibandingkan wilayah lainnya. Pada masa kolonial Hindia Belanda, wilayah ini termasuk residentie Sumatra's Oostkust bersama provinsi Riau.
Di wilayah tengah provinsi berjajar Pegunungan Bukit Barisan. Di pegunungan ini terdapat beberapa wilayah yang menjadi kantong-kantong konsentrasi penduduk. Daerah di sekitar Danau Toba dan Pulau Samosir, merupakan daerah padat penduduk yang menggantungkan hidupnya kepada danau ini.
Pesisir barat merupakan wilayah yang cukup sempit, dengan komposisi penduduk yang terdiri dari masyarakat Batak, Minangkabau, dan Aceh. Namun secara kultur dan etnolinguistik, wilayah ini masuk ke dalam budaya dan Bahasa Minangkabau.

Batas wilayah

 

Utara Provinsi Aceh dan Selat Malaka
Timur Selat Malaka
Selatan Provinsi Riau, Provinsi Sumatra Barat, dan Samudera Indonesia
Barat Provinsi Aceh dan Samudera Indonesia 

Terdapat 419 pulau di propisi Sumatra Utara. Pulau-pulau terluar adalah pulau Simuk (kepulauan Nias), dan pulau Berhala di selat Sumatra (Malaka).
Kepulauan Nias terdiri dari pulau Nias sebagai pulau utama dan pulau-pulau kecil lain di sekitarnya. Kepulauan Nias terletak di lepas pantai pesisir barat di Samudera Hindia. Pusat pemerintahan terletak di Gunung Sitoli.
Kepulauan Batu terdiri dari 51 pulau dengan 4 pulau besar: Sibuasi, Pini, Tanahbala, Tanahmasa. Pusat pemerintahan di Pulautelo di pulau Sibuasi. Kepulauan Batu terletak di tenggara kepulauan Nias. Pulau-pulau lain di Sumatra Utara: Imanna, Pasu, Bawa, Hamutaia, Batumakalele, Lego, Masa, Bau, Simaleh, Makole, Jake, dan Sigata, Wunga.
Di Sumatra Utara saat ini terdapat dua taman nasional, yakni Taman Nasional Gunung Leuser dan Taman Nasional Batang Gadis. Menurut Keputusan Menteri Kehutanan, Nomor 44 Tahun 2005, luas hutan di Sumatra Utara saat ini 3.742.120 hektare (ha). Yang terdiri dari Kawasan Suaka Alam/Kawasan Pelestarian Alam seluas 477.070 ha, Hutan Lindung 1.297.330 ha, Hutan Produksi Terbatas 879.270 ha, Hutan Produksi Tetap 1.035.690 ha dan Hutan Produksi yang dapat dikonversi seluas 52.760 ha.
Namun angka ini sifatnya secara de jure saja. Sebab secara de facto, hutan yang ada tidak seluas itu lagi. Terjadi banyak kerusakan akibat perambahan dan pembalakan liar. Sejauh ini, sudah 206.000 ha lebih hutan di Sumut telah mengalami perubahan fungsi. Telah berubah menjadi lahan perkebunan, transmigrasi. Dari luas tersebut, sebanyak 163.000 ha untuk areal perkebunan dan 42.900 ha untuk areal transmigrasi.

Penduduk


Sumatra Utara merupakan provinsi keempat terbesar jumlah penduduknya di Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Menurut hasil pencacahan lengkap Sensus Penduduk (SP) 1990, penduduk Sumatra Utara berjumlah 10,81 juta jiwa, dan pada tahun 2010 jumlah penduduk Sumatra Utara telah meningkat menjadi 12,98 juta jiwa. Kepadatan penduduk Sumatra Utara pada tahun 1990 adalah 143 jiwa per km² dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 178 jiwa per km². Dengan Laju Pertumbuhan Penduduk dari tahun 2000-2010 sebesar 1,10 persen. Sensus penduduk tahun 2015, penduduk Sumatra Utara bertambah menjadi 13.937.797 jiwa, dengan kepadatan penduduk 191 jiwa/km².
Kadar Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Sumatra Utara setiap tahunnya tidak tetap. Pada tahun 2000 TPAK di daerah ini sebesar 57,34 persen, tahun 2001 naik menjadi 57,70 persen, tahun 2002 naik lagi menjadi 69,45 persen.

Suku Bangsa

 

Sumatra Utara merupakan provinsi multietnis dengan Batak, Nias, Siladang[31], Melayu sebagai penduduk asli wilayah ini. Daerah pesisir timur Sumatra Utara, pada umumnya dihuni oleh orang-orang Melayu. Pantai barat dari Barus hingga Natal, banyak bermukim orang Minangkabau. Wilayah tengah sekitar Danau Toba, banyak dihuni oleh Suku Batak yang sebagian besarnya beragama Kristen. Suku Nias berada di kepulauan sebelah barat. Sejak dibukanya perkebunan tembakau di Sumatra Timur, pemerintah kolonial Hindia Belanda banyak mendatangkan kuli kontrak yang dipekerjakan di perkebunan. Pendatang tersebut kebanyakan berasal dari etnis Jawa dan Tionghoa. Ada juga etnis India (terutama Tamil) dan Arab yang beradu nasib di Sumatra Utara.
Berdasarkan Sensus tahun 2010, mayoritas penduduk Sumatra Utara adalah Batak, sudah termasuk semua sub suku Batak. Kemudian Jawa, Nias, Melayu, Tionghoa, Minang, Aceh, Banjar, India, dan lain-lain.

Suku di Sumatra Utara
Suku
Persen
Batak
  
41.93%
Jawa
  
32.62%
Nias
  
6.36%
Melayu
  
5.92%
Tionghoa
  
3.07%
Minang
  
2.66%
Suku Aceh
  
1.03%
Banjar
  
0.97%
Banten
  
0.36%
Sunda
  
0.27%
Papua
  
0.09%
Asal Luar Negeri
  
0.23%
Lain-lain
  
4.49%

Pusat penyebaran suku-suku di Sumatra Utara, sebagai berikut:
  1. Suku Melayu: Pesisir Timur, terutama di Kabupaten Deli Serdang, Serdang Bedagai, Batubara, Labuhanbatu dan Langkat dan Kota Medan
  2. Suku Batak Karo: Kabupaten Karo, Kabupaten Deli Serdang, Kota Binjai, Kabupaten Langkat (bagian hulu)
  3. Suku Batak Toba: Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Samosir, Kabupaten Toba Samosir
  4. Suku Batak Mandailing/Angkola: Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Batubara, Kabupaten Padang Lawas
  5. Suku Pesisir: Kabupaten Tapanuli Tengah, Kota Sibolga
  6. Suku Batak Simalungun: Kabupaten Simalungun, Kabupaten Serdang Bedagai, Kabupaten Batubara
  7. Suku Batak Pakpak: Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Barat
  8. Suku Nias: Pulau Nias
  9. Suku Minangkabau: Kota Medan, Kabupaten Asahan, Pesisir Barat
  10. Suku Aceh: Kota Medan
  11. Suku Jawa: Pesisir Timur
  12. Suku Tionghoa: Perkotaan Pesisir Timur & Barat.
  13. Suku Arab: Kota Medan
  14. Suku India: Kota Medan, Kota Binjai, Kota Sibolga, Kota Pematangsiantar, dan Kota Tanjungbalai
  15. Suku Siladang: Bukit Torsihite, Mandailing Natal.

Bahasa

 

Pada umumnya, bahasa yang dipergunakan secara luas adalah bahasa Indonesia. Suku Melayu Deli mayoritas menuturkan Bahasa Indonesia karena kedekatannya dengan bahasa Melayu yang menjadi bahasa ibu masyarakat Deli. Pesisir timur seperi wilayah Serdang Bedagai, Pangkalan Dodek, Batubara, Asahan, dan Tanjung Balai, memakai Bahasa Melayu dialek "o" begitu juga di Labuhan Batu dengan sedikit perbedaan ragam. Bahasa Melayu Asahan memiliki ciri khas yaitu pengucapan huruf R yang berbeda daripada Bahasa Melayu Deli contoh kata "cari" dibaca "caghi" dan kereta dibaca "kegheto". Di Kabupaten Langkat masih menggunakan bahasa Melayu dialek "e" yang sering juga disebut Bahasa Maya-maya. Mayarakat Jawa di daerah perkebunan, menuturkan Bahasa Jawa sebagai pengantar sehari-hari.
Di Medan, orang Tionghoa lazim menuturkan bahasa Hokkian selain bahasa Indonesia. Orang India menuturkan bahasa Tamil dan bahasa Punjab disamping bahasa Indonesia. Di pegunungan, masyarakat Batak menuturkan bahasa Batak yang terbagi atas empat logat (Silindung-Samosir-Humbang-Toba). Suku Simalungun dan Mandailing juga menuturkan bahasa yang mirip dengan bahasa Batak Toba namun dengan ragam yang berbeda. Suku Karo menuturkan Bahasa Karo yang dimana ragamnya berbeda dibandingkan bahasa Batak Tengah. Suku Pakpak juga memiliki bahasa yang hampir mirip dengan Suku Karo namun agak sedikit kasar. Bahasa Nias dituturkan di Kepulauan Nias oleh suku Nias. Sedangkan orang-orang di pesisir barat, seperti Kota Sibolga, Kabupaten Tapanuli Tengah, dan Natal menggunakan bahasa Pesisir.

Agama

 

Berdasarkan Sensus, mayoritas penduduk Sumatra Utara menganut agama Islam yakni 63.91%, kemudian Kristen Protestan 27.86%,Katolik 5.41%, Buddha 2.43 %, Hindu 0.35 %, Konghucu 0.02, dan Parmalim 0.01%


Agama di Sumatra Utara
Agama
Persen
Islam
  
63.91%
Kristen Protestan
  
27.86%
Katolik
  
5.41%
Buddha
  
2.43%
Hindu
  
0.35%
Konghucu
  
0.02%
Parmalim
  
0.01%

Agama utama di Sumatra Utara berrdasarkan Etnis adalah:
  • Islam: terutama dipeluk oleh suku Melayu, Pesisir, Minangkabau, Jawa, Aceh, Arab, Mandailing, Angkola, sebagian Karo, Simalungun, Batak Pesisir dan Pakpak
  • Kristen (Protestan dan Katolik): terutama dipeluk oleh suku Batak Toba, Karo, Simalungun, Pakpak, Nias dan sebagian Batak Angkola, Tionghoa.
  • Hindu: terutama dipeluk oleh suku Tamil di perkotaan
  • Buddha: terutama dipeluk oleh suku Peranakan di perkotaan
  • Konghucu: terutama dipeluk oleh suku Peranakan di perkotaan
  • Parmalim: dipeluk oleh sebagian suku Batak yang berpusat di Huta Tinggi
  • Animisme: masih ada dipeluk oleh suku Batak, yaitu Pelebegu Parhabonaron dan kepercayaan sejenisnya

Bandar Udara


Eksterior Bandar Udara Internasional Kualanamu.

Di Sumatra Utara terdapat 7 bandar udara[32], terdiri dari 1 bandar udara berstatus internasional dan 6 bandara domestik, seperti berikut ini:
  1. Bandar Udara Internasional Kualanamu
  2. Bandar Udara Dr. Ferdinand Lumban Tobing
  3. Bandar Udara Aek Godang
  4. Bandar Udara Binaka
  5. Bandar Udara Lasondre
  6. Bandar Udara Sibisa
  7. Bandar Udara Silangit

Seni dan Budaya


Musik


Musik yang biasa dimainkan,cenderung tergantung dengan upacara-upacara adat yang diadakan, tetapi lebih dominan dengan genderangnya. Seperti pada Etnis Pesisir terdapat serangkaian alat musik yang dinamakan Sikambang.

 

Arsitektur


Rumah tradisional Batak Toba.
Dalam bidang seni rupa yang menonjol adalah arsitektur rumah adat yang merupakan perpaduan dari hasil seni pahat dan seni ukir serta hasil seni kerajinan. Arsitektur rumah adat terdapat dalam berbagai bentuk ornamen.Pada umumnya bentuk bangunan rumah adat pada kelompok adat batak melambangkan "kerbau berdiri tegak". Hal ini lebih jelas lagi dengan menghias pucuk atap dengan kepala kerbau.
Rumah adat etnis Batak, Ruma Batak, berdiri kukuh dan megah serta masih banyak ditemui di Samosir.
Rumah adat Karo kelihatan besar dan lebih tinggi dibandingkan dengan rumah adat lainnya. Atapnya terbuat dari ijuk dan biasanya ditambah dengan atap-atap yang lebih kecil berbentuk segitiga yang disebut "ayo-ayo rumah" dan "tersek". Dengan atap menjulang berlapis-lapis itu rumah Karo memiliki bentuk khas dibanding dengan rumah tradisional lainnya yang hanya memiliki satu lapis atap di Sumatra Utara.
Bentuk rumah adat di daerah Simalungun cukup memikat. Kompleks rumah adat di desa Pematang Purba terdiri dari beberapa bangunan yaitu rumah bolon, balai bolon, jemur, pantangan balai butuh, dan lesung.
Bangunan khas Mandailing yang menonjol disebut "Bagas Gadang" (rumah Namora Natoras) dan "Sopo Godang" (balai musyawarah adat).
Rumah adat Melayu di Sumatra Utara tidak jauh berbeda dengan rumah melayu di provinsi lain, hanya warna hijau lebih dominan.
Rumah adat di pesisir barat kelihatan lebih megah dan lebih indah dibandingkan dengan rumah adat lainnya. Rumah adat ini masih berdiri kukuh di halaman Gedung Nasional Sibolga.

Tarian



Perbendaharaan seni tari tradisional meliputi berbagai jenis. Ada yang bersifat magis, berupa tarian sakral, dan ada yang bersifat hiburan saja yang berupa tari profan. Di samping tari adat yang merupakan bagian dari upacara adat, tari sakral biasanya ditarikan oleh dayu-datu. Termasuk jenis tari ini adalah tari guru dan tari tungkat. Datu menarikannya sambil mengayunkan tongkat sakti yang disebut Tunggal Panaluan.
Tari profan biasanya ialah tari pergaulan muda-mudi yang ditarikan pada pesta gembira. Tortor ada yang ditarikan saat acara perkawinan. Biasanya ditarikan oleh para hadirin termasuk pengantin dan juga para muda-mudi. Tari muda-mudi ini, misalnya morah-morah, parakut, sipajok, patam-patam sering dan kebangkiung. Tari magis misalnya tari tortor nasiaran, tortor tunggal panaluan. Tarian magis ini biasanya dilakukan dengan penuh kekhusukan.
Selain tarian Batak terdapat pula tarian Melayu sperti Serampang XII. dan tarian Sikambang dari Pesisir Barus, tarian Sikambang ini biasanya ditampilkan saat perayaan menikah dan khitanan.

Kerajinan


Kain ulos yang dipakai penari Sigale Gale.

Selain arsitektur, tenunan merupakan seni kerajinan yang menarik dari suku Batak. Contoh tenunan ini adalah kain ulos dan kain songket. Ulos merupakan kain adat Batak yang digunakan dalam upacara-upacara perkawinan, kematian, mendirikan rumah, kesenian,dsb. Bahan kain ulos terbuat dari benang kapas atau rami. Warna ulos biasanya adalah hitam, putih, dan merah yang mempunyai makna tertentu. Sedangkan warna lain merupakan lambang dari variasi kehidupan.
Pada suku Pakpak ada tenunan yang dikenal dengan nama oles. Bisanya warna dasar oles adalah hitam kecokelatan atau putih.
Pada suku Karo ada tenunan yang dikenal dengan nama uis. Bisanya warna dasar uis adalah biru tua dan kemerahan.
Pada masyarakat pesisir barat ada tenunan yang dikenal dengan nama Songket Barus. Biasanya warna dasar kerajinan ini adalah Merah Tua atau Kuning Emas.

Makanan khas


Di tanah Batak sendiri ada dengke naniarsik yang merupakan ikan yang digulai tanpa menggunakan kelapa. Untuk cita rasa, tanah Batak adalah surga bagi pecinta makanan santan dan pedas.


Sumber : id.wikipedia.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar