Balai Kota Tangerang
Luas |
• Total | 153.93 km2 (59.43 sq mi) |
Peringkat luas | 39 |
Demografi |
• Suku bangsa | Sunda, Banten, Jawa, Batak, Betawi, Tionghoa, dll |
• Agama | Islam 87,31%
Kristen Protestan 5,72%
Buddha 4,19%
Katolik 2,74%
Hindu 0,18%
Konghucu 0,02%
Aliran 0,02%[2] |
• Bahasa | Indonesia, Sunda, Banten, Betawi,dll |
Zona waktu | WIB (UTC+7) |
Kode telepon | 021 |
Kecamatan | 13 |
Kelurahan | 104 |
Flora | - |
Fauna | Kowak-malam abu |
Situs web | www.tangerangkota.go.id |
Kota Tangerang adalah sebuah kota yang terletak di Provinsi Banten. Kota ini terletak tepat di sebelah barat ibu kota negara Indonesia, Jakarta. Kota Tangerang berbatasan dengan Kabupaten Tangerang di sebelah utara dan barat, Kota Tangerang Selatan di sebelah selatan, serta Daerah Khusus Ibukota Jakarta di sebelah timur. Tangerang merupakan kota terbesar di Provinsi Banten serta ketiga terbesar di kawasan Jabodetabek setelah Jakarta dan Bekasi di provinsi Jawa Barat dan dilalui oleh Jalan Nasional Rute 1
Sejarah
Asal-usul Tangerang disebut juga sebagai Kota "Benteng"
Untuk mengungkapkan asal usul tangerang sebagai kota "Benteng",
diperlukan catatan yang menyangkut perjuangan. Menurut tulisan F. de
Haan yang diambil dari arsip
VOC, resolusi tanggal
1 Juni 1660 melaporkan bahwa
Sultan Banten
telah membuat negeri besar yang terletak di sebelah barat sungai Untung
Jawa, dan untuk mengisi negeri baru tersebut Sultan Banten telah
memindahkan 5.000 sampai 6.000 penduduk.
Dalam Dag Register tertanggal
20 Desember 1668 diberitakan bahwa Sultan Banten telah mengangkat
Raden Sena Pati dan
Kyai Demang
sebagai penguasa di daerah baru tersebut. Karena dicurigai akan merebut
kerajaan, Raden Sena Pati dan Kyai Demang dipecat oleh Sultan. Sebagai
gantinya diangkat Pangeran Dipati lainnya. Atas pemecatan tersebut Ki
Demang sakit hati. Kemudian tindakan selanjutnya ia mengadu domba antara
Banten dan VOC. Tetapi ia terbunuh di Kademangan.
Dalam arsip VOC selanjutnya, yaitu dalam Dag Register tertanggal
4 Maret 1680 menjelaskan bahwa penguasa Tangerang pada waktu itu adalah Kyai Dipati Soera Dielaga.
Kyai Soeradilaga
dan putranya Subraja minta perlindungan VOC dengan diikuti 143
pengiring dan tentaranya (keterangan ini terdapat dalam Dag Register
tanggal
2 Juli 1682). Ia dan pengiringnya ketika itu diberi tempat di sebelah timur sungai, berbatasan dengan pagar VOC.
Ketika bertempur dengan Banten, Soeradilaga beserta ahli
perangnya berhasil memukul mundur pasukan Banten. Atas jasa
keunggulannya itu kemudian ia diberi gelar kehormatan Raden Aria
Suryamanggala, sedangkan Pangerang Subraja diberi gelar Kyai Dipati
Soetadilaga. Selanjutnya Raden Aria Soetadilaga diangkat menjadi Bupati
Tangerang I dengan wilayah meliputi antara
sungai Angke dan
Cisadane. Gelar yang digunakannya adalah Aria Soetidilaga I.
Kemudian dengan perjanjian yang ditandatangani pada tanggal
17 April 1684,
Tangerang menjadi daerah kekuasaan VOC. Banten tidak mempunyai hak
untuk campur tangan dalam mengatur tata pemerintahan di Tangerang. Salah
satu pasal dari perjanjian tersebut berbunyi:
Dan harus diketahui
dengan pasti sejauh mana batas-batas daerah kekuasaan yang sejak masa
lalu telah dimaklumi maka akan tetap ditentukan yaitu daerah yang
dibatasi oleh sungai Untung Jawa atau Tangerang dari pantai Laut Jawa
hingga pegunungan-pegunungan sejauh aliran sungai tersebut dengan
kelokan-kelokannya dan kemudian menurut garis lurus dari daerah Selatan
hingga utara sampai Laut Selatan. Bahwa semua tanah disepanjang Untung
Jawa atau Tangerang akan menjadi milik atau ditempati VOC.
Dengan adanya perjanjian tersebut daerah kekuasaan bupati
bertambah luas sampai sebelah barat sungai Tangerang. Untuk mengawasi
Tangerang maka dipandang perlu menambah pos-pos penjagaan di sepanjang
perbatasan sungai Tangerang, karena orang-orang Banten selalu melakukan
penyerangan secara tiba-tiba. Menurut peta yang dibuat pada tahun
1692, pos yang paling tua terletak di muara
sungai Mookervaart,
tepatnya disebelah utara Kampung Baru. Namun kemudian ketika didirikan
pos yang baru, bergeserlah letaknya ke sebelah Selatan atau tepatnya di
muara sungai Tangerang.
Menurut arsip
Gewone Resolutie Van hat Casteel Batavia tanggal
3 April 1705
ada rencana merobohkan bangunan-bangunan dalam pos karena hanya
berdinding bambu. Kemudian bangunannya diusulkan diganti dengan tembok.
Gubernur Jenderal
Zwaardeczon
sangat menyetujui usulan tersbut, bahkan diinstruksikan untuk membuat
pagar tembok mengelilingi bangunan-bangunan dalam pos penjagaan. Hal ini
dimaksudkan agar orang Banten tidak dapat melakukan penyerangan.
Benteng baru yang akan dibangun untuk ditempati itu direncanakan punya
ketebalan dinding 20 kaki atau lebih. Disana akan ditempatkan 30 orang
Eropa dibawah pimpinan seorang
Vandrig (Peltu) dan 28 orang
Makasar
yang akan tinggal di luar benteng. Bahan dasar benteng adalah batu bata
yang diperoleh dari Bupati Tangerang Aria Soetadilaga I.
Setelah benteng selesai dibangun personelnya menjadi 60 orang
Eropa dan 30 orang hitam. Yang dikatakan orang hitam adalah orang-orang
Makasar yang direkrut sebagai serdadu VOC. Benteng ini kemudian menjadi
basis VOC dalam menghadapi pemberontakan dari Banten. Kemudian pada
tahun
1801, diputuskan untuk memperbaiki dan memperkuat pos atau garnisun itu, dengan letak bangunan baru 60
roeden
agak ke tenggara, tepatnya terletak disebelah timur Jalan Besar pal 17.
Orang-orang pribumi pada waktu itu lebih mengenal bangunan ini dengan
sebutan "Benteng". Sejak saat itu, Tangerang terkenal dengan sebutan
Benteng. Benteng ini sejak tahun
1812 sudah tidak terawat lagi, bahkan menurut "Superintendant of Publik Building and Work" tanggal
6 Maret 1816 menyatakan:
...Benteng
dan barak di Tangerang sekarang tidak terurus, tak seorangpun mau
melihatnya lagi. Pintu dan jendela banyak yang rusak bahkan diambil
orang untuk kepentingannya.
Kecamatan
Kota Tangerang terdiri dari 13 kecamatan dan 104 kelurahan
Penduduk
Tangerang juga memiliki jumlah komunitas Tionghoa yang cukup signifikan, banyak dari mereka adalah campuran
Tionghoa Benteng. Mereka didatangkan sebagai buruh oleh kolonial
Belanda
pada abad ke 18 dan 19, dan kebanyakan dari mereka tetap berprofesi
sebagai buruh dan petani. Budaya mereka berbeda dengan komunitas
Tionghoa lainnya di Tangerang: ketika hampir tidak satupun dari mereka
yang berbicara dengan aksen Mandarin, mereka adalah pemeluk
Confucianisme yang kuat dan tetap menjaga tempat-tempat ibadah dan
pusat-pusat komunitas mereka. Secara etnis, mereka tercampur, namun
menyebut diri mereka sebagai
Tionghoa.
Banyak makam Tionghoa yang berlokasi di Tangerang, kebanyakan sekarang
telah dikembangkan menjadi kawasan sub-urban seperti Lippo Village.
Kawasan pecinan Tangerang berlokasi di Pasar Lama, Benteng
Makassar, Kapling dan Karawaci (bukan Lippo Village), dan Poris.
Orang-orang dapat menemukan makanan dan barang-barang berkhas China.
Lippo Village adalah
lokasi permukiman baru. Kebanyakan penduduknya adalah pendatang, bukan asli China Benteng.
Ekonomi
Tangerang adalah pusat
manufaktur dan
industri di
pulau Jawa
dan memiliki lebih dari 1000 pabrik. Banyak perusahaan-perusahaan
internasional yang memiliki pabrik di kota ini. Tangerang memiliki cuaca
yang cenderung panas dan lembap, dengan sedikit hutan atau bagian
geografis lainnya. Kawasan-kawasan tertentu terdiri atas rawa-rawa,
termasuk kawasan di sekitar
Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
Dalam beberapa tahun terakhir, perluasan urban Jakarta meliputi
Tangerang, dan akibatnya banyak penduduknya yang berkomuter ke Jakarta
untuk kerja, atau sebaliknya. Banyak kota-
kota satelit kelas menengah dan kelas atas sedang dan telah dikembangkan di Tangerang, lengkap dengan
pusat perbelanjaan, sekolah swasta dan mini market. Pemerintah bekerja dalam mengembangkan sistem
jalan tol
untuk mengakomodasikan arus lalu lintas yang semakin banyak ke dan dari
Tangerang. Tangerang dahulu adalah bagian dari Provinsi Jawa Barat yang
sejak tahun 2000 memisahkan diri dan menjadi bagian dari
provinsi Banten.
Tangerang Raya
Tangerang Raya
adalah sebuah kawasan di sebelah barat Jakarta, dengan luas sekitar
1.500 km2, dihuni oleh lebih dari 5 juta penduduk. Tangerang Raya saat
ini terbagi menjadi 3 daerah otonom, yaitu
Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang dan
Kota Tangerang Selatan.
Kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan Tangerang Raya sangat
beragam. Merupakan perpaduan antara daerah pesisir (Pantura) dengan
daerah dataran rendah sampai menengah. Merupakan kombinasi antara daerah
agraris dengan industri, pedesaan dengan metropolitan.
Tangerang Raya merupakan daerah penyangga bagi Jakarta, yang
berkedudukan sebagai ibu kota negara RI dan pusat bisnis terbesar di
indonesia. Dengan demikian, apa yang terjadi di Jakarta segera berimbas
ke Tangerang. Akibat melubernya jumlah penduduk Jakarta, maka sebagian
bermigrasi ke Tangerang, dengan tetap mencari nafkah di Jakarta.
Tangerang adalah pintu gerbang utama Indonesia. Hal itu karena
keberadaan Bandara Internasional Soekarno Hatta yang berada di wilayah
Kota Tangerang. Namun posisi tersebut, tidak serta merta mendongkrak
sektor pariwisata Tangerang Raya.
Tangerang dikenal pula sebagai kawasan 1.000 industri, karena
keberadaan aneka industri, terutama di sekitar Jatiuwung, Balaraja,
Cisoka dan Cikupa. Tangerang juga memiliki area pesawahan yang masih
sangat luas dan memiliki fungsi untuk menjaga mata pencaharian penduduk
setempat sebagai petani, walaupun keberadaanya saat ini banyak perubahan
tata guna lahan untuk industri dan perkotaan.
Kenyataannya, beragam sektor strategis di Tangerang Raya, kurang
dikelola secara profesional. Hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya
jumlah pengangguran dan penduduk yang miskin. Geliat sektor perdagangan
dan bisnis di sebagian kawasan, ternyata hanya memberikan keuntungan
bagi segelintir orang saja, dan kurang menciptakan kemakmuran bagi
rakyat banyak. Tumbuh pesatnya Kecamatan Serpong misalnya, justru
menyebabkan banyak warga asli yang terpinggirkan. Begitu pula di
beberapa kecamatan lainnya.
Pariwisata
Wisata belanja
Tangerang memiliki banyak pusat perbelanjaan. Mulai dari yang sederhana hingga yang mewah.
Pusat
jajanan
rakyat yang cukup dikenal adalah pasar lama yang terletak di pusat kota
Tangerang. Pasar lama menjual berbagai makanan mulai dari daerah
babakan sampai daerah Masjid Agung Tangerang. Kawasan ini memiliki
berbagai varian jajanan. Ketika Ramadhan, kawasan ini setiap sore hari
kerap ramai pengunjung karena mencari hidangan untuk berbuka puasa.
Sebagai kawasan permukiman kaum urban, Kota Tangerang banyak
memiliki pusat perbelanjaan, baik itu pasar tradisional, hypermarket,
maupun pusat perbelanjaan mewah. Beberapa pusat perbelanjaan di Kota
Tangerang antara lain:
Wisata kuliner
Kota
Tangerang selain terkenal dengan pariwisatanya juga mempunyai banyak
makanan khas. Beberapa tempat yang menjadi tempat wisata kuliner khas
Tangerang terletak di Pasar Lama Tangerang. Beberapa makanan ini adalah
khas peranakan China-Tangerang seperti
asinan,
otak-otak,
babi panggang,
sate babi, mi pasar lama, laksa tangerang, kecap benteng, dan
emping jengkol. Kuliner khas lainnya adalah Tenda dua Cobra dan Tenda Tiga Sekawan yang menyajikan
sate biawak, ular, dan monyet
[4].
Berikut adalah beberapa makanan khas kota Tangerang di antaranya:
Sayur Besan
adalah makanan khas Tangerang yang selalu dihidangkan pada saat orang
tua mempelai laki-laki datang ke rumah orang tua mempelai wanita, pada
acara perkawinan (ngabesan), sehingga sayur ini dinamakan Sayur Besan.
Gecom mungkin saat ini lebih terkenal dengan nama
toge goreng.
Meskipun banyak durinya, ikan
bandeng tetap diburu. Ini karena dagingnya yang gurih lembut mirip dengan rasa
susu.
Pindang merupakan salah satu istilah masakan tradisional yang mengacu pada hidangan berkuah. Hidangan sederhana ini berbumbu
bawang merah,
bawang putih,
cabai,
salam,
lengkuas,
jahe dan
kunyit. Bumbu lain yang baisa ditambahkan adalah
kecap manis dan rasa asamnya berasal dari
belimbing sayur atau
asam Jawa yang dibakar.
Kecap Benteng terbuat dari bahan baku campuran
kedelai hitam dan
gula kelapa
yang menyebabkan warna kecap manis menjadi hitam kecoklatan dan hitam
legam. Produk ini merupakan hasil olahan warga Tangerang keturuna
Tionghoa
yang masuk ke Indonesia pada zaman dahulu dan mendirikan pabrik-pabrik
kecil yang memproduksi kecap manis. Rasa manis kecap tersebut
menjadikannya terkenal di kalangan penduduk
Asia, khususnya
Melayu
yang menyukai rasa manis. Banyak masakan-masakan melayu-indonesia yang
menggunakan kecap manis sebagai pelengkap dan bahkan unsur utama yang
membuat masakan itu berbeda. Sebut saja seperti
Sate Madura,
Ketoprak,
Gado-Gado,
Nasi maupun
mie goreng,
Soto Betawi, hingga hidangan laut yang biasa disajikan dengan cara dibakar.
Tangerang merupakan cikal bakal produk kecap manis terkenal yang
sekarang umum di pasaran. Hal ini tak lepas dari peran kaum etnis
tionghoa benteng (Cina Benteng) yang menetap di daerah Tangerang. Lewat
mereka lahirlah usaha-usaha produksi kecap dan salah satunya adalah
Kecap Benteng (Siong Hin) yang telah eksis sejak tahun
1920.
Kecap Benteng SH dipelopori oleh seorang etnis keturunan Tionghoa
Peranakan yang bernama Lo Tjit Siong yang hingga kini usaha Kecap
Benteng SH yang didirikannya telah dilanjutkan oleh generasi ke-4 dan
masih digemari oleh masyarakat Kota Tangerang.
Laksa Tangerang berbeda dengan
laksa betawi atau
malaysia. Laksa disini bahan utamanya adalah semacam
bihun tetapi tebalnya seperti
spaghetti dan terbuat dari
beras. Kemudian bahan-bahan ini disiram dengan kuah laksa yang dimasak dari
kacang ijo,
kentang,
santan dan
kaldu ayam. Selain itu disediakan juga tambahan daging
ayam kampung atau
telor. Sebelum disajikan masakan ini diberi taburan
daun kucai yang dirajang kecil-kecil.
Ada dua macam jenis laksa tangerang yaitu Laksa nyai dan laksa
nyonya. Laksa Nyai dibuat oleh kaum pribumi tangerang sedangkan laksa
nyonya dibuat oleh kaum peranakan China di Tangerang.
Beberapa tempat menyajikan sajian khas ini seperti di Jl. M. Yamin-Kota
Tangerang, tepatnya di depan penjara wanita.
[5]
Objek wisata
Dengan
statusnya sebagai kota satelit penunjang ibu kota, Kota Tangerang tidak
banyak memiliki kawasan wisata. Namun banyak tersedia hotel-hotel di
Kota Tangerang karena lokasinya yang strategis menuju
Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Kota Tangerang memiliki beberapa tempat wisata dan festival yaitu:
Bendungan Pintu Air 10 di Sungai Cisadane
- Bendungan Pintu Air 10
- Museum Warisan Tionghoa Peranakan Benteng
- Masjid Raya Al-Azhom
- Lapangan Ahmad Yani (Alun - Alun Kota Tangerang)
- Situ Cipondoh
- Taman Potret
- Festival Cisadane (Acara Tahunan)
- Bundaran Tugu Adipura
- Taman Prestasi
- Wisata kuliner pasar lama
- Kampung Bekelir
- Taman Gajah Tunggal
- Taman Kunci
- Taman Bambu
- Taman Jagal
- Taman Pramuka
- Taman Pintu Air
- Jembatan Brendeng
Olahraga
Stadion Benteng
Stadion Benteng adalah stadion yang terletak di Tangerang, Banten, Indonesia. Stadion ini dipergunakan untuk menggelar pertandingan sepak bola dan merupakan kandang dari 2 tim asal Tangerang, Persita Tangerang dan Persikota Tangerang. Stadion ini mampu menampung 20.000 orang.
Padang Golf Modern
Padang Golf Modern terletak di kecamatan Tangerang, Tangerang. Tidak hanya golf, area golf ini juga menyediakan
bungalow dan berbagai fasilitas olahraga.
GOR Dimyati Tangerang
Gedung
Olahraga (GOR) Dimyati terletak di Jalan A Dimyati, Sukasari,
Tangerang. Gedung ini biasanya digunakan untuk event olahraga seperti
DBL Tangerang, Smanitra Cup, Dll.
Kota Kembar
Kota-kota lain yang menjadi bagian dari proyek
kota kembar dari kota Tangerang adalah:
Sumber : id.wikipedia.org