Film, juga dikenal sebagai
movie,
gambar hidup,
film teater atau
foto bergerak, merupakan serangkaian gambar diam, yang ketika ditampilkan pada layar akan menciptakan
ilusi gambar bergerak karena efek
fenomena phi.
Ilusi optik ini memaksa penonton untuk melihat gerakan berkelanjutan
antar obyek yang berbeda secara cepat dan berturut-turut. Proses
pembuatan film merupakan gabungan dari
seni dan
industri. Sebuah film dapat dibuat dengan
memotret adegan sungguhan dengan
kamera film; memotret gambar atau model "miniatur" menggunakan teknik
animasi tradisional; dengan
CGI dan
animasi komputer; atau dengan kombinasi beberapa teknik yang ada dan
efek visual lainnya.
Kata "
sinema", yang merupakan kependekan dari
sinematografi, sering digunakan untuk merujuk pada
industri film,
pembuatan film dan seni pembuatan film. Definisi sinema zaman sekarang
merupakan seni dalam (simulasi) pengalaman untuk mengkomunikasikan ide,
cerita, tampilan, sudut pandang, rasa, keindahan atau suasana dengan
cara direkam dan gambar bergerak yang diprogram bersamaan dengan
penggerak sensorik lainnya
Cara Pembuatan Film
Kamera film Fox movietone versi lama
Seorang
penulis naskah akan menulis sebuah
naskah, yang berisi tentang cerita yang akan difilmkan dan kata-kata yang akan diucapkan
artis. Kemudian seorang
produser
akan menyewa orang untuk bekerja pada film tersebut dan mendapatkan
uang yang akan dibutuhkan untuk membayar para artis dan peralatan.
Produser biasanya mendapatkan uang dengan meminjamnya dari sebuah bank
atau dengan mencari investor untuk dipinjami uang untuk pembuatan film.
Beberapa produser bekerja untuk sebuah studio film dan yang lainnya
bekerja secara independen (mereka tidak bekerja untuk studio film).
Artis dan sutradara membaca naskah untuk mengetahui apa yang
harus dikatakan dan apa yang harus dilakukan. Kemudian sutradara
memberitahu artis apa yang harus dilakukan dan seorang kameramen akan
mengambil gambarnya dengan kamera film.
Ketika film terselesaikan, seorang
editor
meletakan gambar secara bersama-sama yang akan disusun untuk membentuk
keseluruhan cerita dengan durasi tertentu. Editor suara dan musik akan
merekam beberapa musik dan nyanyian dan menggabungkannya ke dalam gambar
film. Setelah selesai, banyak salinan yang dibuat dan ditaruh ke sebuah
gulungan film. kemudian gulungan film dikirim ke
bioskop-bioskop. Sebuah mesin elektrik yang disebut
proyektor akan mengeluarkan sinar melewati gulungan film yang diputar dan gambarnya akan muncul di layar besar untuk dinikmati penonton.
Genre Film
Genre adalah sebutan untuk membedakan berbagai jenis film. Film bisa jadi bersifat
fiksi
(dibuat-buat) atau kisah nyata ataupun campuran keduanya. Walaupun
ratusan film dibuat setiap tahunnya tetapi hanya sedikit film hanya
menggunakan satu genre kebanyakan menggabungkan dua genre atau lebih.
- Aksi
- Film ini menampilkan efek dan adegan yang mencengangkan seperti
kejar-kejaran menggunakan mobil ataupun tembak-tembakan yang melibatkan
stuntman. Genre ini biasanya menceritakan kebaikan yang melawan
kejahatan, jadi perang dan kriminal adalah subjek yang biasa. Film aksi
biasanya hanya membutuhkan usaha yang kecil untuk ditonton, karena alur
yang biasanya sederhana. Contoh, film Die Hard di mana ada sekelompok
teroris yang mengambil alih gedung pencakar langit dan meminta tebusan
untuk para sandera. Bagaimanapun juga seorang pahlawan akan
menyelamatkan semuanya. Film aksi biasanya tidak membuat orang menangis,
tetapi jika genre ini dicampur drama maka emosi akan dilibatkan.
- Petualangan - Biasanya menceritakan tokoh utama yang melakukan perjalanan untuk menyelamatkan dunia atau orang terdekatnya.
- Animasi
- Film yang menggunakan karakter kartun sebagai tokohnya. Gambarnya
dulu harus digambar oleh tangan, tetapi sekarang lebih sering
menggunakan komputer.
- Persahabatan - Melibatkan dua orang tokoh, di mana yang
satu harus menyelamatkan yang lainnya dan keduanya harus mengatasi
masalah yang menghadang. Film persahabatan kadang-kadang dicampur
komedi, tetapi ada juga yang dibumbuhi sedikit emosi, karena
persahabatan di antara keduanya.
- Komedi
- Film lucu tentang orang bodoh yang melakukan hal aneh atau menjadi
bodoh dan terlibat hal konyol yang membuat penonton tertawa.
- Dokumenter
- Film tentang (atau diklaim tentang) kehidupan nyata seseorang dan
kejadian nyata. Genre ini hampir selalu serius dan mungkin melibatkan
emosi yang kuat, contoh film Catatan Terakhir Di Nusakambangan.
- Drama
- Film serius dan kadang-kadang tentang orang yang jatuh cinta atau
perlu membuat keputusan yang besar dalam hidup mereka. Genre ini
menceritakan tentang hubungan di antara manusia. Genre ini biasanya
mengikuti alur dasar di mana 1 atau 2 karakter harus mengatasi sebuah
rintangan untuk mendapatkan apa yang mereka mau.
- Tragedi - Tragedi mirip dengan drama, tentang orang yang
sedang memiliki masalah. Contoh, sepasang suami istri yang bercerai dan
masing-masing harus membuktikan ke pengadilan bahwa mereka adalah yang
terbaik untuk mengasuh anak mereka. Emosi (perasaan) adalah bagian
terbesar dari film ini dan penonton mungkin jadi bingung dan bahkan
menangis.
- Film Noir - Film drama detektif era 1940-an tentang kriminal dan kekerasan.
- Keluarga - Film yang dibuat dengan baik untuk semua
keluarga. Genre ini kebanyakan dibuat untuk anak-anak, tetapi kadang
menghibur juga untuk orang dewasa. Disney terkenal karena film Keluarga
mereka.
- Horor
- Film yang menggunakan ketakutan untuk menarik penonton. Musik,
pencahayaan dan latar, semua ditambahkan untuk menambahkan sensasi dan
pengalaman.
- Romantis
- Komedi romantis biasanya tentang cerita cinta dua orang yang berasal
dari dunia berbeda, yang harus melewati rintangan agar bisa bersama.
- Fiksi Sains
(Sci-Fi) - Berlatar masa depan atau luar angkasa. Biasanya menceritakan
dunia fiksi berimajinasi tentang sebagian besar makhluk luar angkasa
(monster) atau pun hal-hal yang berbau robot.
- Thriller
- Biasanya tentang misteri, kejadian aneh, atau kriminal yang harus
dipecahkan. Penonton akan tetap menebak-nebak sampai akhir film, ketika
biasanya ada akhir yang twist (mengejutkan).
- Western - menceritakan tentang koboi di barat (Amerika 1800-an). Genre ini bisa jadi melibatkan suku Indian (penduduk asli amerika).
- Suspense - Film yang membuat anda tetap duduk di kursi anda. Genre ini biasanya memiliki lebih dari satu twist yang bisa membingungkan penonton.
- Fantasi - Film fantasi ini melibatkan sihir dan hal yang mustahil yang tidak bisa dilakukan manusia sungguhan.
- Gore - Film yang sering memperlihatkan aksi brutal atau hal-hal sadis yang berlumuran darah dan sebagainya.
Perfilman di Indonesia
Perfilman di Indonesia memiliki sejarah yang panjang dan sempat menjadi raja di negara sendiri pada tahun 1980-an, ketika film Indonesia merajai
bioskop-bioskop lokal. Film-film yang terkenal pada saat itu antara lain,
Catatan si Boy,
Blok M dan masih banyak film lain. Bintang-bintang muda yang terkenal pada saat itu antara lain
Onky Alexander,
Meriam Bellina,
Lydia Kandou,
Nike Ardilla,
Paramitha Rusady,
Desy Ratnasari.
Pada tahun-tahun itu acara
Festival Film Indonesia
masih diadakan tiap tahun untuk memberikan penghargaan kepada insan
film Indonesia pada saat itu. Tetapi karena satu dan lain hal perfilman
Indonesia semakin jeblok pada tahun
90-an
yang membuat hampir semua film Indonesia berkutat dalam tema-tema yang
khusus orang dewasa. Pada saat itu film Indonesia sudah tidak menjadi
tuan rumah lagi di negara sendiri. Film-film dari
Hollywood dan
Hong Kong telah merebut posisi tersebut.
Hal tersebut berlangsung sampai pada awal abad baru, muncul film
Petualangan Sherina yang diperankan oleh
Sherina Munaf,
penyanyi cilik penuh bakat Indonesia. Film ini sebenarnya adalah film musikal yang diperuntukkan kepada anak-anak.
Riri Riza dan
Mira Lesmana
yang berada di belakang layar berhasil membuat film ini menjadi tonggak
kebangkitan kembali perfilman Indonesia. Antrian panjang di bioskop
selama sebulan lebih menandakan kesuksesan film secara komersil.
Setelah itu muncul film film lain yang lain dengan segmen yang berbeda-beda yang juga sukses secara komersil, misalnya film
Jelangkung
yang merupakan tonggak tren film horor remaja yang juga bertengger di
bioskop di Indonesia untuk waktu yang cukup lama. Selain itu masih ada
film
Ada Apa dengan Cinta? yang mengorbitkan sosok
Dian Sastrowardoyo dan
Nicholas Saputra ke kancah perfilman yang merupakan film
romance remaja. Sejak saat itu berbagai film dengan tema serupa yang dengan film
Petualangan Sherina (diperankan oleh
Derbi Romero,
Sherina Munaf), yang mirip dengan
Jelangkung (
Di Sini Ada Setan,
Tusuk Jelangkung), dan juga
romance remaja seperti
Biarkan Bintang Menari,
Eiffel I'm in Love. Ada juga beberapa film dengan tema yang agak berbeda seperti
Arisan! oleh
Nia Dinata.
Selain film-film komersil itu juga ada banyak film film
nonkomersil yang berhasil memenangkan penghargaan di mana-mana yang
berjudul
Pasir Berbisik yang menampilkan
Dian Sastrowardoyo dengan
Christine Hakim dan
Didi Petet. Selain dari itu ada juga film yang dimainkan oleh
Christine Hakim seperti
Daun di Atas Bantal yang menceritakan tentang kehidupan anak jalanan. Tersebut juga film-film
Garin Nugroho yang lainnya, seperti
Aku Ingin Menciummu Sekali Saja, juga ada film
Marsinah yang penuh kontroversi karena diangkat dari kisah nyata. Selain itu juga ada film film seperti
Beth,
Novel tanpa huruf R,
Kwaliteit 2 yang turut serta meramaikan kembali kebangkitan film Indonesia.
Festival Film Indonesia juga kembali diadakan pada tahun
2004 setelah vakum selama 12 tahun.
Saat ini dapat dikatakan dunia perfilman Indonesia tengah
menggeliat bangun. Masyarakat Indonesia mulai mengganggap film Indonesia
sebagai sebuah pilihan di samping film-film
Hollywood. Walaupun variasi genre filmnya masih sangat terbatas, tetapi arah menuju ke sana telah terlihat.
Sejarah
Era awal perfilman Indonesia ini diawali dengan berdirinya
bioskop pertama di Indonesia pada
5 Desember 1900 di daerah
Tanah Abang,
Batavia dengan nama
Gambar Idoep yang menayangkan berbagai film bisu.
Film pertama yang dibuat pertama kalinya di
Indonesia adalah
film bisu tahun
1926 yang berjudul
Loetoeng Kasaroeng dan dibuat oleh sutradara
Belanda G. Kruger dan
L. Heuveldorp. Saat film ini dibuat dan dirilis, negara Indonesia belum ada dan masih merupakan
Hindia Belanda, wilayah
jajahan Kerajaan Belanda. Film ini dibuat dengan didukung oleh
aktor lokal oleh
Perusahaan Film Jawa NV di
Bandung dan muncul pertama kalinya pada tanggal
31 Desember,
1926 di
teater Elite and Majestic,
Bandung.
Setelah sutradara Belanda memproduksi film lokal, berikutnya datang Wong bersaudara yang hijrah dari industri film
Shanghai. Awalnya hanya Nelson Wong yang datang dan menyutradarai
Lily van Java (
1928)
pada perusahaan South Sea Film Co. Kemudian kedua adiknya Joshua dan
Otniel Wong menyusul dan mendirikan perusahaan Halimoen Film.
Sejak tahun
1931,
pembuat film lokal mulai membuat film bicara. Percobaan pertama antara
lain dilakukan oleh The Teng Chun dalam film perdananya
Boenga Roos dari Tcikembang (
1931)
akan tetapi hasilnya amat buruk. Beberapa film yang lain pada saat itu
antara lain film bicara pertama yang dibuat Halimoen Film yaitu
Indonesia Malaise (1931).
Pada awal tahun
1934,
Albert Balink,
seorang wartawan Belanda yang tidak pernah terjun ke dunia film dan
hanya mempelajari film lewat bacaan-bacaan, mengajak Wong Bersaudara
untuk membuat film
Pareh dan mendatangkan tokoh film dokumenter Belanda,
Manus Franken,
untuk membantu pembuatan film tersebut. Oleh karena latar belakang
Franken yang sering membuat film dokumenter, maka banyak adegan dari
film Pareh menampilkan keindahan alam Hindia Belanda. Film seperti ini
rupanya tidak mempunyai daya tarik buat penonton film lokal karena dalam
kesehariannya mereka sudah sering melihat gambar-gambar tersebut.
Balink tidak menyerah dan kembali membuat perusahaan film
ANIF (Gedung perusahaan film ANIF kini menjadi gedung PFN, terletak di kawasan
Jatinegara) dengan dibantu oleh Wong bersaudara dan seorang wartawan pribumi yang bernama
Saeroen. Akhirnya mereka memproduksi membuat film
Terang Boelan (1934) yang berhasil menjadi film cerita lokal pertama yang mendapat sambutan yang luas dari kalangan penonton kelas bawah.
Film Indonesia Terbaik Sepanjang Masa
Sudah sejak lama ada beberapa pihak baik itu institusi, media ataupun
perorangan yang berusaha menggolongkan film-film Indonesia sepanjang
masa yang layak menjadi film yang terbaik berdasarkan kategori-kategori
tertentu. Salah satunya adalah tabloid
Bintang Indonesia
yang pada akhir tahun 2007 berusaha memilah film-film apa saja yang
dapat dikategorikan sebagai film Indonesia terbaik. Dari 160 film yang
masuk dipilihlah 25 film yang dapat dikategorikan sebagai film-film
Indonesia terbaik sepanjang masa.
Film-film tersebut dipilih oleh 20 pengamat dan wartawan film yaitu
[1]:
Sumber : id.wikipedia.org