| ||
Semboyan: "Adati hula-hula'a to Sara'a, Sara'a hula-hula'a to Kuru'ani" (Adat Bersendikan Syara', Syara' Bersendikan Kitabullah') | ||
Koordinat: 0°32′N 123°4′E |
| ||||||
Demografi | |
---|---|
• Agama | Islam 97.12%% Kristen 1.98% Katolik 0.49% Buddha 0.22% Hindu 0.16% Konghucu 0.03%[2] |
Kode telepon | +62 435 |
Kecamatan | 9 |
Desa/kelurahan | 50 Kelurahan/Desa |
Situs web | http://www.gorontalokota.go.id/ |
Kota Gorontalo (dalam bahasa Gorontalo disebut Kota Hulontalo) merupakan Ibu Kota Provinsi Gorontalo, Indonesia. Kota Gorontalo juga merupakan kota terbesar dan terpadat penduduknya di wilayah Teluk Tomini, sehingga menjadikan Kota Gorontalo sebagai pusat ekonomi dan jasa, perdagangan, pendidikan, hingga pusat penyebaran agama Islam di Kawasan Indonesia Timur.[3]
Dalam catatan sejarah "Hikayat Gorontalo", Kota Gorontalo secara resmi terbentuk pada hari Kamis, 06 Syakban 1140 Hijriah (Kamis, 18 Maret 1728 M). Adapun pada tanggal 5 Desember tahun 2000, Kota Gorontalo secara resmi ditetapkan sebagai ibu kota Provinsi Gorontalo melalui UU Nomor 38 Tahun 2000.[4]
Kota ini memiliki luas wilayah 79,03 km² (0,65% dari luas Provinsi Gorontalo)
Sejarah Perkembangan Kota dan Julukannya
Kota Gorontalo merupakan salah satu kota tua di Sulawesi selain Kota Makassar dan Manado, serta merupakan kota terbesar di kawasan Teluk Tomini. Dalam catatan sejarah, Semenanjung Gorontalo secara umum dan Kota Gorontalo secara khusus merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam di Kawasan Indonesia Timur yaitu selain Ternate, dan Bone.
Pada perkembangannya, pengaruh besar Kota Gorontalo sebagai pusat pendidikan, jasa dan perdagangan pun dirasakan masyarakat luas mulai dari wilayah Bolaang Mongondow, Buol Toli-Toli, Luwuk Banggai, Donggala, Palu bahkan sampai ke Sulawesi Tenggara dan Timur Indonesia (Ambon, Maluku).[7]
Julukan Serambi Madinah
Jika Aceh terkenal dengan julukan "Serambi Mekah", maka Gorontalo terkenal dengan julukan "Serambi Madinah". Asal muasal mengenai julukan ini memiliki banyak versi, diantaranya adalah versi Buya Hamka[8] yaitu:
a. Gorontalo layaknya "Serambi Madinah" yang hiruk pikuk masyarakatnya ramai beribadah, memenuhi masjid-masjid, dan juga lantunan ayat suci terdengar menggema di setiap pelosok masjid.
b. Orang Gorontalo layaknya kaum Anshar (penduduk asli Madinah) yang begitu terbuka menerima Islam sebagai agama kerajaan-kerajaan di Gorontalo, serta begitu ramah menyambut para pendatang yang merantau atau hijrah ke Gorontalo. Para pendatang ini diantaranya berasal dari tanah Arab (Hadramaut), Melayu (Sumatera), Tiongkok (Cina), Minahasa (Sulawesi Utara), dan Bugis (Sulawesi Selatan).
Selain itu, Gorontalo memiliki falsafah "Adati hula-hula'a to Sara'a, Sara'a hula-hula'a to Kuru'ani" yang dalam bahasa Indonesia dapat diterjemahkan menjadi "Adat Bersendikan Syara', dan Syara' Bersendikan Kitabullah". Falsafah ini menjadi pandangan hidup masyarakat Gorontalo yang memadukan antara agama, adat istiadat dan alam sekitarnya.[9]
Asal Usul Nama Gorontalo
Menurut catatan "Hikayat Gorontalo", daerah yang selama ini kita kenal dengan istilah "Semenanjung Gorontalo" yang ada sekarang ini berasal dari sebuah pulau[10]. Lama-kelamaan, air laut di sekitar pulau itu pun surut dan pada akhirnya muncul tiga gunung, yang salah satunya adalah gunung Tilongkabila. Adapun sebuah lembah di sebelah selatan Gunung Tilongkabila tersebut dicatat dalam sejarah sebagai wilayah yang bernama Hulontalangi, sebuah lembah yang kemudian hari dikenal sebagai daerah Hulontalo atau Gorontalo, yang juga merupakan cikal bakal wilayah Kota Gorontalo.
Kata Gorontalo pada dasarnya berasal dari kata Hulontalo dalam bahasa Gorontalo. Hulontalo itu sendiri berasal dari kata dasar Hulontalangi, sebuah nama salah satu Kerajaan di Gorontalo. Selain itu, terdapat beberapa catatan sejarah mengenai asal muasal dari nama Gorontalo, diantaranya[11]:
a. Gorontalo berasal dari kata "Hulontalangi", yang bermakna "Lembah Mulia".
Hulontalangi berasal dari dua suku kata, yaitu "Huluntu" yang berarti "Lembah" dan "Langi" yang berarti "Mulia".
b. Gorontalo berasal dari kata "Hulontalangi", yang bermakna "Daratan yang Tergenang".
Kata "Hulontalangi" dalam penerjemahan lain berasal dari dua suku kata, yaitu "Huntu" yang berarti "Onggokan Tanah" atau "Daratan", dan "Langi-Langi" yang berarti "Tergenang". Maka kata "Hulontalangi" dapat pula diartikan sebagai "Daratan yang Tergenang Air" sesuai dengan cerita turun temurun masyarakat Gorontalo.
c. Gorontalo berasal dari kata "Huidu Totolu", yang bermakna "Tiga Gunung".
Jika ditelusuri sejarahnya, terdapat tiga gunung purba di semenanjung Gorontalo yaitu Gunung Malenggalila, Gunung Tilonggabila (berubah menjadi Tilongkabila) dan satu Gunung lagi yang tidak bernama.
d. Gorontalo berasal dari kata "Pogulatalo", yang bermakna "Tempat Menunggu".
Kata "Pogulatalo" lambat laun berubah dalam ucapan masyarakat menjadi "Hulatalo"
e. Gorontalo berasal dari kata "Hulontalo".
Namun, karena kesulitan dalam pengucapannya maka para penjajah Belanda menyebut "Hulontalo" menjadi "Gorontalo".
Peristiwa Patriotik 23 Januari 1942
Kota Gorontalo menjadi tempat peristiwa Hari Patriotik 23 Januari 1942 yang dipelopori oleh Nani Wartabone. Perjuangan patriotik ini menjadi tonggak kemerdekaan bangsa Indonesia dan memberi imbas dan inspirasi bagi wilayah sekitar bahkan secara nasional. Pada waktu itu Nani Wartabone bersama dengan Kusno Danupoyo menggelar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Gorontalo dengan membacakan "Naskah Proklamasi" kemerdekaan Indonesia di Gorontalo. Tidak hanya itu, bendera merah putih pun berhasil dikibarkan, menandai berakhirnya kekuasaan penjajah Belanda di Gorontalo. Sejarah mencatat bahwa Gorontalo menjadi salah satu daerah yang berhasil merdeka dari penjajah, 3 tahun sebelum Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945.
Geografi
Batas Wilayah
Batas wilayah Kota Gorontalo adalah sebagai berikut:
Utara | Kabupaten Bone Bolango | ||
Timur | Kabupaten Bone Bolango | ||
Selatan | Teluk Tomini | ||
Barat | Kabupaten Gorontalo |
Kota ini merupakan dataran rendah dengan ketinggian 0–500 m di atas permukaan laut dengan curah hujan rata–rata 129 mm per bulan dan suhu rata-rata 26,5 °C Kota Gorontalo menempati satu lembang yang sangat luas yang membentang hingga di wilayah Kabupaten Bone Bolango dan Kabupaten Gorontalo. Wilayah pinggiran pantainya berupa perbukitan yang tersusun dari batuan Karst termasuk yang berbatasan dengan pantai yang berada di Teluk Tomini. Daerah ini sangat rawan banjir, nyaris pintu air keluar adalah muara Sungai Bone. Muara ini adalah pertemuan air dari sungai Bone dan sungai Bolango sebelum menyatu dengan air laut. Di muara ini juga terdapat pulau (delta) yang mulai membesar dan ditumbuhi aneka tanaman termasuk kelapa. Setiap hari dari kedua sungai ini mengalir air bersih yang belum dimanfaatkan secara optimal. Sebagian dataran dimanfaatkan untuk bertanam padi karena air mengalir sepanjang tahun. Di beberapa daerah terdapat kantong-kantong air yang ditumbuhi tanaman Tumbango.
Kecamatan
Kota Gorontalo terbagi menjadi 9 kecamatan, yaitu:
- Dumbo Raya,
- Dungingi,
- Hulonthalangi,
- Kota Barat,
- Kota Selatan,
- Kota Tengah,
- Kota Timur,
- Kota Utara, dan
- Sipatana
Pariwisata
- Sungai Bone / Bune Dutulalio
- Gunung Tilongkabila / Huidu Tilongkabila
- Danau Limboto / Bulalo Limutu (Kabubaten Gorontalo)
- Bundaran Tugu Saronde
- Bundaran Perlimaan Telaga
- Jembatan Talumolo II
- Jembatan Jodoh
- Masjid Jami Baiturrahim
Objek Wisata
- Monumen Nani Wartabone
- Telapak Kaki Lahilote
- Kolam Ranang Lahilote
- Rumah Adat Dulohupa
- Pantai Indah Pohe
- Tangga Dua Ribu
- Benteng Otanaha
- Pemandian Bak Potanga
- Makam Kramat Du Panggola
- Makam Kramat Ta'Jailoyibuo
- Makam Aulia Raja Ilato
- Makam Aulia Male Ta'Ilayabe
- Puncak Botu
- Taman Damay
- Rumah Adat Bandayo Poboide
Hotel Berbintang
- Amaris Hotel
- Eljie Hotel
- Grand Q Hotel
- Hotel Citra
- Hotel Paradise
- Hotel Wisata
- Hotel Yulia
- Imperial Hotel
- Maqna Hotel
- New Melati Hotel
- New Rachmat Hotel
- Sumber Ria Hotel
- TC Damhil
- Milinov Boutique Hotel
- Horison Hotel
Wisata Kuliner
- Binthe Biluhuta/Milu Siram (Makanan Tradisional/Makanan Khas)
- Nasi Milu / Nasi Campur
- Nasi Kuning
- Poki-poki Sambal/santan
- Milu Tongkol dan Gohu
- Nike / Perkedel
- Kue Pia Saronde
- Kopi Pinogu
Sosial Budaya
Fasilitas Olahraga
- Gelanggang Remaja/ Stadion Merdeka Nani Wartbone
- Lapangan Taruna Remaja
Falsafah Hidup
- Adat bersendikan Syara', Syara' bersendikan kitabullah
- Olohiyo Butuhiyo Landingio Polangiyo (yang rajin dapat rejeki/penghasilan yang malas tidak dapat rejeki/tidak dapat apa-apa)
- Bumi dipijak disitulah langit dijunjung
Alat Musik Tradisional
- Polopalo
- Gambusi
Kerajinan Tangan
- Karawo / Kerawang
- Batik Gorontalo
- Kupia Keranjang
- Dungobongo sejenis atap dari daun kelapa
- Tehilo/Pitate sejenis dinding permanen tipis
- Tiohu sejenis tikar anyaman
Tradisi
- Walima / Dikili (Maulid Nabi)
- Malam Tumbilotohe
Senjata Tradisional
- Sabele (sejenis parang)
- Bitu'o (sejenis keris)
- Wamilo (sejenis peda)
- Travalla
- Klewang
Tarian Adat
- Tari Dana - Dana
- Tari Saronde
- Tari Langga
- Tari Tulude
- Tari Elengge
- Tari Mopohuloo / Modepito
- Tari Tanam Padi
- Tari Sabe
Pakaian Adat
- Biliu dan Makuta
Sumber : id.wikipedia.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar