Hari ini, 15 Juni, di setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Demam Berdarah Dengue ASEAN. ASEAN Dengue Day digagas dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-19 di Hanoi, Vietnam, pada tanggal 30 Oktober 2010. Dan Indonesia menjadi pelopor peringatan Hari Dengue ASEAN pada 15 Juni 2011.
”Deklarasi Jakarta melawan DBD,” disepakati oleh 11 negara ASEAN yang hadir saat itu. Inti dari kesepakatan itu, demam berdarah dengue termasuk salah satu penyakit menular prioritas.
Kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat kerjasama dan komitmen regional dalam upaya pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD) di antara negara-negara ASEAN.
Penyakit demam berdarah dengue atau yang disingkat sebagai DBD adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk aedes aegypti betina lewat gigitan saat menghisap darah manusia.
DBD biasanya ditemukan di daerah tropis dan subtropis. Berikut ini ada beberapa fakta tentang Demam Berdarah Dengue, yaitu:
1. Apa saja gejalanya? Sekitar setengah dari orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala, menurut Centers for Disease Control and Prevention. Setengah lainnya tidak begitu beruntung.
Empat sampai 10 hari setelah digigit, mereka mungkin mengalami demam hingga 40 derajat Celcius bersama dengan sakit kepala parah, nyeri otot, sendi dan area di belakang mata. Tidak jarang penderita merasa seolah-olah tulang mereka mau copot. Karenanya, ada juga orang yang menyebut DBD sebagai demam tulang (breakbone dengue).
2. Seberapa seriuskah DBD itu? Puluhan juta pasien dirawat di rumah sakit setiap tahun, tetapi kebanyakan dari mereka sembuh setelah dua sampai tujuh hari.
Beberapa orang mengalami penurunan suhu setelah menderita demam, tapi kemudian suhu badan naik lagi. Demam kedua ini adalah bentuk DBD yang lebih parah dan dapat menyebabkan kerusakan organ, pendarahan parah, dehidrasi dan bahkan kematian.
3. Bagaimana cara pengobatannya? Pasien diberi obat untuk meredakan gejala mereka dan diminta minum banyak air dan istirahat. Untuk masalah penanganan melalui medis, pasien DD dapat berobat jalan sedangkan pasien DBD dirawat diruang perawatan biasa, tetapi pada kasus DBD dengan komplikasi diperlukan perawatan intensif.
4. Apakah kita bisa menderita DBD lebih dari sekali? Setelah anda sembuh dari infeksi dengue pertama, anda kebal terhadap jenis tertentu dari virus tersebut tetapi tidak untuk tiga jenis lainnya.
Banyak negara menjadi 'rumah' bagi empat jenis virus dengue. Seseorang yang terinfeksi untuk kedua kalinya, lebih berisiko untuk mengembangkan gejala yang lebih parah.
Nyamuk yang membawa virus demam berdarah juga dapat membawa virus demam kuning dan virus chikungunya.
5. Seberapa tinggi angka kasus DBD saat ini? Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan 50-100 juta orang terinfeksi setiap tahun (studi tahun 2013 menunjukkan jumlah lebih tinggi yaitu 400 juta).
6. Mengapa angkanya begitu tinggi? Globalisasi termasuk pemanasan global menjadi dua di antara sekian banyak penyebabnya. Nyamuk dapat bersembunyi dan berkembang biak di barang-barang yang diperdagangkan. Wisatawan yang terinfeksi juga dapat menyebarkan penyakit ini.
Pemanasan global menyebabkan musim menjadi kacau, sehingga banyak penyakit datang di waktu-waktu yang tidak terduga. Suhu Bumi naik menyebabkan nyamuk berkembang biak dengan lebih pesat.
7. Bagaimana kita menghentikannya? Saat ini, upaya pencegahan masih fokus pada penyemprotan lingkungan dengan pestisida, meski ada ancaman modifikasi genetik dapat terjadi pada nyamuk yang terkena pestisida tapi tidak mati.
Orang-orang juga mengandalkan kelambu dan losion antinyamuk. Selain itu, membersihkan tempat-tempat di mana terdapat air tergenang. Saat ini, vaksin DBD sudah ditemukan tetapi belum masuk ke Indonesia.
8. Beberapa faktor risiko penyakit demam berdarah (DBD), yaitu: umur, imunitas, genetik, geografis dan iklim, faktor lingkungan. Penyakit DBD dapat menyebabkan komplikasi, diantaranya Sindrom Syok Dengue (SSD), Ensefalopati Dengue, Kelainan ginjal, Udem paru dan kerusakan Hati.
9. Beberapa upaya yang dilakukan Pemerintah untuk menangani masalah DBD adalah melakukan penyuluhan, melakukan penyelidikan epidemiologi, Pemeriksaan, pengobatan, perawatan dan isolasi penderita termasuk karantina.
Sumber : https://media.iyaa.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar